Ibu Rumah Tangga Berkantor Di Rumah
Karier dan keluarga menjadi sebuah dilema bagi para ibu. Terkadang karier dikorbankan demi mengawal masa tumbuh dan berkembang sang anak. Namun, tak sedikit yang mengakalinya dengan tetap bekerja di rumah dengan memanfaatkan teknologi.
Seperti yang dilakukan Mizana, 36. Ibu muda ini merintis karier di dunia perhotelan sejak usia 20 tahun. Kariernya menanjak cukup cepat dengan memegang jabatan sebagai sales manager di salah satu hotel berbintang di kawasan Mangga Dua, Jakarta Utara.
Selain itu, Ana, panggilan akrabnya, juga aktif sebagai pengajar di salah satu sekolah tinggi perhotelan di Jakarta. Ana terus menjalani karier bahkan setelah melahirkan anak pertamanya.
Ketika hamil anak ke dua, wanita kelahiran Palembang, Sumatera Selatan, ini merasa harus mencurahkan perhatia n kepada buah hatinya. "Saya berkaca pada pengalaman anak pertama. Dia cuma bisa ketemu saya saat libur. Dia belum bangun saya sudah berangkat. Saya pulang dia sudah tidur," tutur Ana.
Karena itu, di awal kehamilan kedua, Ana kemudian berdiskusi dengan suaminya perihal keinginannya meninggalkan pekerjaan untuk mengurus anak anak.
"Alhamdulillah, suami saya sangat bisa diajak kompromi orangnya. Selama ini juga karena waktu kerjanya lebih fleksibel, dia banyak menghabiskan waktu untuk anak. Dia juga sangat membebaskan saya seumpama mau berkarier," kata dia. Ana dan suaminya memang berprinsip sejak awal menikah porsi pembagian tugas dalam rumah tangga bagi keduanya setara.
Setelah banyak berpikir dan berdiskusi bersama suami, Ana lantas membulatkan tekad untuk keluar dari pekerjaannya. "Banyak orang yang bilang sayang sekali, padahal posisi sudah bagus dan saya masih sangat muda. Tapi saya bilang rezeki bisa dicari, tapi waktu saya bersama anak tidak akan lama karena mereka terus tumbuh. Sebagai ibu saya tidak mau melewatkan itu. Saya malah merasa bersalah dengan anak pertama karena ketidakhadiran saya selama tujuh tahun perkembangannya," jelasnya.
Ana mengaku tidak menyesal sama sekali meninggalkan kariernya. Pasca kelahiran anak kedua, Ana aktif dalam event organizer (EO) untuk memfasilitasi seminar para pegawai negeri, terutama di daerah yang ingin menambah kredit untuk naik pangkat.
"Saat bekerja dulu saya sering diajak bekerja sama oleh EO untuk meng-handle kegiatan semacam ini. Bahkan ini menjadi salah satu pelanggan terbesar," ujarnya.
Demi mendalami bidang barunya, Ana kuliah di jurusan ekonomi salah satu universitas swasta di Jakarta dan mengambil kelas malam. "Saya belajar tentang hal ini mulai dari nol," kata dia.
Berbekal keuletan belajar, rajin mengadakan riset, dan ikut kegiatan serupa beberapa kali, Ana membentuk EO sendiri. "Sangat menguntungkan. Selama be kerja saya memiliki jaringan dan masih menjaganya," tuturnya.
Hingga kini sudah empat tahun Ana menjalankan EO Pusat Kajian Daerah miliknya. Dengan teknologi, Ana dapat menghubungi kliennya melalui telepon atau Blacberry Messenger. Rancangan materi dan itinerary (rencana perjalanan) dikirimnya melalui surat elektronik.
"Mencetak materi sampai bikin backdrop saya tinggal desain dari rumah. Hasilnya saya kirim via e-mail ke percetakan langganan. Kalau sudah jadi, kurir yang antar ke rumah. Untuk meeting, karena kebanyakan klien saya dari daerah, ya, lewat Skype," jelasnya.
Ana resmi menyandang status sebagai wanita karier tanpa harus meninggalkan rumah. "Saya bisa bekerja sekaligus menjaga bayi saya, juga menemani sang kakak yang mulai beranjak remaja. Kalau saya gelar acara di hotel, anak anak dan suami ikut. Saya jadi hemat juga uang liburan keluarga," tuturnya sambil tertawa.
Sumber
Seperti yang dilakukan Mizana, 36. Ibu muda ini merintis karier di dunia perhotelan sejak usia 20 tahun. Kariernya menanjak cukup cepat dengan memegang jabatan sebagai sales manager di salah satu hotel berbintang di kawasan Mangga Dua, Jakarta Utara.
Selain itu, Ana, panggilan akrabnya, juga aktif sebagai pengajar di salah satu sekolah tinggi perhotelan di Jakarta. Ana terus menjalani karier bahkan setelah melahirkan anak pertamanya.
Ketika hamil anak ke dua, wanita kelahiran Palembang, Sumatera Selatan, ini merasa harus mencurahkan perhatia n kepada buah hatinya. "Saya berkaca pada pengalaman anak pertama. Dia cuma bisa ketemu saya saat libur. Dia belum bangun saya sudah berangkat. Saya pulang dia sudah tidur," tutur Ana.
Karena itu, di awal kehamilan kedua, Ana kemudian berdiskusi dengan suaminya perihal keinginannya meninggalkan pekerjaan untuk mengurus anak anak.
"Alhamdulillah, suami saya sangat bisa diajak kompromi orangnya. Selama ini juga karena waktu kerjanya lebih fleksibel, dia banyak menghabiskan waktu untuk anak. Dia juga sangat membebaskan saya seumpama mau berkarier," kata dia. Ana dan suaminya memang berprinsip sejak awal menikah porsi pembagian tugas dalam rumah tangga bagi keduanya setara.
Setelah banyak berpikir dan berdiskusi bersama suami, Ana lantas membulatkan tekad untuk keluar dari pekerjaannya. "Banyak orang yang bilang sayang sekali, padahal posisi sudah bagus dan saya masih sangat muda. Tapi saya bilang rezeki bisa dicari, tapi waktu saya bersama anak tidak akan lama karena mereka terus tumbuh. Sebagai ibu saya tidak mau melewatkan itu. Saya malah merasa bersalah dengan anak pertama karena ketidakhadiran saya selama tujuh tahun perkembangannya," jelasnya.
Ana mengaku tidak menyesal sama sekali meninggalkan kariernya. Pasca kelahiran anak kedua, Ana aktif dalam event organizer (EO) untuk memfasilitasi seminar para pegawai negeri, terutama di daerah yang ingin menambah kredit untuk naik pangkat.
"Saat bekerja dulu saya sering diajak bekerja sama oleh EO untuk meng-handle kegiatan semacam ini. Bahkan ini menjadi salah satu pelanggan terbesar," ujarnya.
Demi mendalami bidang barunya, Ana kuliah di jurusan ekonomi salah satu universitas swasta di Jakarta dan mengambil kelas malam. "Saya belajar tentang hal ini mulai dari nol," kata dia.
Berbekal keuletan belajar, rajin mengadakan riset, dan ikut kegiatan serupa beberapa kali, Ana membentuk EO sendiri. "Sangat menguntungkan. Selama be kerja saya memiliki jaringan dan masih menjaganya," tuturnya.
Hingga kini sudah empat tahun Ana menjalankan EO Pusat Kajian Daerah miliknya. Dengan teknologi, Ana dapat menghubungi kliennya melalui telepon atau Blacberry Messenger. Rancangan materi dan itinerary (rencana perjalanan) dikirimnya melalui surat elektronik.
"Mencetak materi sampai bikin backdrop saya tinggal desain dari rumah. Hasilnya saya kirim via e-mail ke percetakan langganan. Kalau sudah jadi, kurir yang antar ke rumah. Untuk meeting, karena kebanyakan klien saya dari daerah, ya, lewat Skype," jelasnya.
Ana resmi menyandang status sebagai wanita karier tanpa harus meninggalkan rumah. "Saya bisa bekerja sekaligus menjaga bayi saya, juga menemani sang kakak yang mulai beranjak remaja. Kalau saya gelar acara di hotel, anak anak dan suami ikut. Saya jadi hemat juga uang liburan keluarga," tuturnya sambil tertawa.
Sumber
#bcfda5