Siput di rekrut sebagai pengamat polusi
Satu tempat pengolahan air di Rusia merekrut siput raksasa Afrika sebagai sensor hidup dalam memantau polusi udara di satu tempat pembakaran sampah, kata perusahaan pengolahan itu Selasa (18/1).
Tempat pengolahan air tersebut menggunakan enam siput sebagai cara inovatif untuk memantau polusi dari satu tempat pembakaran sampah yang membakar endapan limbah di pinggiran kota Saint Petersburg, kata perusahaan pemanfaatan umum di negara bagian Vodokanal dalam satu pernyataan. Menurut perusahaan itu, siput achatina, yang memiliki panjang tubuh 20 centimeter dan tersebar luas di Sub-Sahara Afrika, dipilih karena binatang itu memiliki paru-paru dan menghirup udara seperti manusia.
Siput tersebut telah sesuai dengan pemantau jantung dan sensor gerak sewaktu menghirup asap dari instalasi tersebut dan catatan mereka akan dibandingkan dengan satu kelompok pemantau, wanita juru bicara pengolah air Oksana Popova.
Meskipun organisme hidup seringkali digunakan untuk memantau polusi, seorang ahli menolak penggunaan keong untuk memantau pembakaran sampah yang kontroversial sebagai tindakan publikasi. "Pembakaran lumpur mengeluarkan dioksin beracun," kata Dmitry Artamonov, yang memimpin kantor kelompok penganjur lingkungan hidup Greenpeace di Saint Petersburg.
"Saya tak tahu apakah keong terserang kanker, tapi sekalipun mereka terserang, itu takkan terjadi secara langsung, dan kita takkan mendengarnya dari Vodokanal," katanya. Artamonov mengatakan tahun lalu Vodokanal tak memberi Greenpeace jalan masuk ketika para pegiat organisasi lingkungan hidup tersebut ingin mengambil contoh air dari instalasi pengolahan limbah itu, salah satu yang terbesar di negeri tersebut.